Tanggal 10 November 2012, jadwal kelas ku buat kunjungan ke rumah sakit jiwa di Magelang, namanya Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Pertama kalinya berkunjung ke rumah sakit jiwa adalah pengalaman yang sangat menyenangkan, apalagi dateng bersama dengan teman baru. Sesampainya di rumah sakit jiwa, kita dikumpulkan di sebuah ruangan, ruangan diklat namanya. Disana kami berjumpa dengan dua orang psikolog yang bernama Ibu Wahyu dan Ibu Tika. Aku bangga banget waktu Ibu Wahyu mengatakan bahwa Beliau merupakan alumni dari Unika angkatan 1985, setahun setelah psikologi Unika berdiri, semoga kelak aku bakal nyusul Beliau dengan profesi beliau yang sekarang ini.
waktu kita masuk menuju ruang diklat, kita disambut mereka yang sedang
jalan-jalan yang didampingi susternya :D
ni aku sama temen-temen yang lagi narsis di depan rumah sakit jiwa
Di ruang diklat, kedua psikolog tersebut menjelaskan tentang identitas serta sejarahnya, mulai dari tanggal berdiri, luas lahan dulu dan sekarang serta yang tak kalah penting ialah tentang isi di dalam rumah sakit jiwa itu sendiri serta upaya pelayanan bina jiwa. Hal yang menarik pada saat penjelasan dari kedua psikolog tersebut saat topik “Rehabilitasi”. Tujuan rehabilitasi adalah mengembalikan fungsi perannya seoptimal mungkin. Bangsal yang ada di rumah sakit jiwa ini sangat banyak, sekitar 26 bangsal yang diisi oleh 30 pasien/ bangsal. Jadi dapat dikatakan pasien di sini berkisar 800 pasien. Tidak heran jika lahan rumah sakit jiwa ini sendiri sekitar 409.450 m².
ini halaman depan rumah sakit jiwanya
Setelah penjelasan mengenai bangsal, gangguan
jiwa, depresi, dan rehabilitasi, akhirnya kami di ajak keliling rumah sakit
jiwa bersama seorang pendamping dari rumah sakit jiwa. Kalau nggak salah namanya
Bapak Andi. Beliau menjelaskan seluk-beluk yang ada di rumah sakit jiwa tersebut
serta bangsal-bangsal yang kami lewati. Pertama kali kami diajak berkunjung ke
bangsal anak, mereka menyambut kami dengan riang serta menyalami kami satu per
satu, kami mengamati cara pembelajaran mereka, kebetulan, pada saat itu mereka
sedang belajar bersama dengan seorang guru yang mendampingi mereka, yang masih
saya ingat, ada seorang anak bernama Arum yang telah menyelesaikan tugasnya
paling pertama di antara teman-temannya yang lain
Banyak dari mereka yang senang dengan kehadiran kami, ada beberapa yang merasa terganggu dan ada juga yang takut ketika bersalaman dengan salah seorang dari kami. Aku juga sempat melihat kamar tidur mereka yang dihiasi dengan ornamen-ornamen ceria seperti matahari, bintang, dan awan yang tertempel pada dinding-dinding kamar mereka. Sayangnya, kami hanya diperkenankan berkunjung sekitar 5-10 menit di bangsal anak. waktu mau pulang, dari mereka ada yang ngajak kita tos.
ini salah satu bangsal mereka semua berseragam
Selanjutnya bangsal remaja, hampir semua
diantara mereka senang dengan kehadiran kami. Begitu kami menginjakkan kaki di
ruang tamu, kami di sambut oleh beberapa pasien di bangsal tersebut sambil
memperkenalkan dirinya. Waktu di bangsal ini, aku ngeliat ada dua pasien
berseragam biru yang dapat dikelompokkan “parah” karena satu pasien yang sedang
diajak ngobrol oleh suster pendampingnya dengan keadaan tangannya di ikat. Satu
pasien lagi berada di kamar tidurnya yang dikunci dari luar. Pasien itu selalu
ngelepas bajunya terus dipake lagi. Suster pendamping lain bilang kalo yang
berseragam biru itu pasien yang keterbelakangan mental. Pasien berseragam biru
meminta kepada kami yang datang untung mengajak mereka pulang.
ini juga salah satu foto bangsal mereka
Beberapa dari mereka terlihat sangat ceria,
mereka saling ngobrol kayak sama-sama waras. Seorang pasien di bangsal remaja
tersebut mengatakan bahwa ia ingin kuliah di Politeknik Negeri Semarang (Polines)
jurusan akuntansi. Ada yang duduk termenung dengan tatapan kosong, suster
pendamping bilang kalo pasien sudah tiga hari nggak bergerak. Adajg pasien
yang lg asyik menonton TV yaitu acara smack
down. Diantara mereka ada seorang pasien yang bisa main gitar. Lagu yang dimainkan adalah lagu
Indonesia Raya bikin speechless banget. Kami menyanyikannya bersama-sama sambil bertepuk tangan. Lagu
kedua ialah “Andai Aku Jadi Gayus”. Amazing banget! Ia bermain
dengan sangat asyik, kayak udah terlatih. Beberapa dari mereka juga
menyanyikan dengan senang dan hafal liriknya secara jelas.
Bangsal
terakhir ialah bangsal rehabilitasi. Rehabilitan yang berada di rumah sakit
jiwa ini dididik/diarahkan untuk membuat kerajinan tangan sesuai kemampuannya.
Kerajinan yang mereka buat akan dipasarkan secara langsung oleh pasien yang
sudah agak tenang dan sudah dapat berkomunikasi dengan masyarakat atau dapat
juga diperjualbelikan kepada pengunjung yang datang ke rumah sakit jiwa seperti
dari kami.
Kerajinan tangan yang dibuat oleh rehabilitan antara lain seperti:
telur asin
mainan edukasi karya para pasien
kegiatan membuat kain jumputan
kegiatan seni tari
gantungan kunci manik-manik
jahe instant
kegiatan bercocok tanam agar para pasien dapat mandiri
0 komentar:
Posting Komentar